KARANGASEM – Keluarga Besar Puri Agung Karangasem kembali menggelar Upacara Atma Wedana Utama (Baligia) di kawasan bersejarah dan spiritual, Taman Sukasada Ujung, Kabupaten Karangasem. Upacara ini merupakan bagian dari rangkaian Pitra Yadnya, sebagai wujud bakti kepada leluhur sekaligus pelestarian warisan budaya luhur Bali.
Karya Baligia Utama dilaksanakan dengan keyakinan bahwa kehidupan saat ini merupakan kelanjutan dari reinkarnasi kehidupan sebelumnya. Setelah melalui serangkaian prosesi, puncak acara digelar pada Minggu, 20 Juli 2025, dihadiri oleh para penglingsir puri se-Jawa Bali, tokoh keraton Nusantara, serta perwakilan keluarga dan brahmana.
Ida Tjokorda Mengwi XIII turut hadir, menegaskan bahwa upacara ini bukan sekadar ritual, melainkan upaya menjaga warisan spiritual yang sarat nilai kebaktian, kesucian, dan keseimbangan alam nyata maupun gaib.
Dalam upacara ini, Anak Agung Bagus Parta Wijaya selaku pengerajeg karya menjelaskan bahwa Karya Baligia Utama bertujuan menyucikan roh leluhur (Atma) agar mencapai Siwa Loka dan bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Proses ini menjadi bentuk bakti tertinggi keluarga yang ditinggalkan, sesuai lontar suci Baligia.
“Jika Ngaben menyucikan badan kasar (Panca Maha Bhuta), Baligia berfokus pada penyucian badan halus (Panca Tan Matra), meliputi unsur suara, sentuhan, rupa, rasa, dan bau,” jelasnya.
Tahun ini, upacara diikuti 104 puspa (roh leluhur), dengan 17 di antaranya berasal dari Puri Agung Karangasem, termasuk Prof. A.A. Agung Gede Putra Agung dan Anak Agung Istri Agung Raka Padmi. “Ini adalah warisan terbesar bagi anak cucu kami bukan harta, melainkan adat dan tradisi leluhur,” tegasnya.
Karya Baligia Utama diawali dengan Parum (rapat keluarga besar) pada Desember 2024, dilanjutkan serangkaian prosesi seperti Bumi Sudha, Mendak Tirta, hingga puncaknya pada 20 Juli 2025. Ritual utama meliputi:
– Mepandes/Metatah: Dipimpin Ida Pedanda Gede Putra Tamu, sebagai simbol penyucian.
– Mapurwa Daksina: Prosesi mengelilingi Bale Piyadnyan tiga kali, dipimpin lembu putih sebagai simbol kemurnian.
– Utpeti: Puncak penyucian roh menuju Siwa Loka, dipimpin tujuh sulinggih.
Tak kalah menarik, umat Muslim Karangasem turut berpartisipasi dalam gotong royong kebersihan dan keamanan. “Ini bukan sekadar toleransi, melainkan bukti persatuan yang telah terjalin sejak era Kerajaan Karangasem,” ungkapnya.
Pada hari kedua (21 Juli 2025), akan digelar Resi Bojana sebagai ungkapan terima kasih kepada para sulinggih. Upacara ini menjadi bukti harmonisasi agama dan pelestarian budaya yang tetap lestari di bumi Karangasem. (Tim-08)