BADUNG – Perayaan Hari Ulang Tahun ke-49 Perumda Tirta Mangutama tidak hanya berhenti pada seremoni. Aksi penanaman 1.000 bibit mangrove yang melibatkan Politeknik Negeri Bali dan Universiti Teknologi MARA Malaysia, disambut hangat oleh pemangku adat setempat. Bendesa Adat Desa Kedonganan, Wayan Sutarja, mengungkapkan apresiasi dan harapan besar di balik kegiatan penghijauan ini.
“Kami sangat mengapresiasi apa yang dilaksanakan oleh Perumda Tirta Mangutama. Besar harapan kami, penanaman mangrove ini tujuannya sudah pasti, untuk menjaga lingkungan hidup, terutama dari abrasi,” ujar Sutarja dengan penuh semangat.

Ia mengakui, kedatangan berbagai instansi dan mahasiswa untuk menanam mangrove telah membawa perubahan nyata. “Kondisi mangrove di sini semenjak adanya pemerhati-pemerhati, tumbuhnya begitu bagus. Itu ada manfaatnya, banyak sekali untuk masyarakat,” tambahnya.
Manfaat itu tidak hanya ekologis, tetapi sudah mulai terasa secara ekonomi. Sutarja membeberkan bahwa hutan mangrove yang semakin hijau telah menjadi daya tarik wisata. “Ada beberapa wisatawan datang ke sini, menyewa jukung (perahu tradisional) dari kelompok nelayan untuk melakukan wisata air dan wisata hutan mangrove. Ini manfaat langsung untuk nelayan,” ceritanya.
Harapannya ke depan tidak berhenti di situ. Bendesa Adat itu menyampaikan mimpi besarnya untuk pemberdayaan masyarakatnya. Ia membocorkan potensi lain yang masih ingin digali, yaitu pemanfaatan buah mangrove.
“Nelayan Wana Segara Kerti nanti akan dilatih, dididik untuk memanfaatkan buah mangrove itu sendiri. Apakah itu bisa diolah sebagai makanan atau sebagai cinderamata? Inilah yang belum kami ketahui. Kami sangat berharap dan berterima kasih kepada instansi mana pun yang mau melatih dan mendidik ibu-ibu nelayan,” papar Sutarja dengan harap.
Pelatihan tersebut, menurutnya, akan membuka potensi ekonomi baru yang dapat menambah penghasilan kelompok nelayan, di samping hasil tangkapan ikan, rajungan, dan udang yang selama ini menjadi mata pencaharian utama.
“Sekali lagi terima kasih kepada instansi-instansi yang ingin memberikan pengetahuan. Jadi ada potensi ekonomi sehingga ikut membantu kebutuhan masyarakat,” tutup Wayan Sutarja, mewakili rasa syukur masyarakat adat Kedonganan yang melihat setiap tunas mangrove bukan hanya sebagai penjaga pantai, tetapi juga sebagai penopang kehidupan dan pembawa harapan baru untuk perekonomian mereka.
Kolaborasi yang dibangun oleh Tirta Mangutama di usia ke-49 ini diyakini akan menjadi pengungkit untuk mewujudkan semua harapan itu. (Tim-08)
