KLUNGKUNG – Gelombang ombak di Pantai Kusamba, Klungkung, kian mengganas, menggerus bibir pantai dan memporak-porandakan rumah warga hingga beberapa rumah sudah tinggal puing-puing yang tak lagi bisa ditempati, Jum’at (27/12/2024).
Abrasi yang semakin parah ini membuat warga hidup dalam ketakutan, sementara penanganan dengan geo bag yang diharapkan dapat menjadi solusi sementara belum juga dimulai.

Pemerintah, melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali – Penida, telah merespons laporan masyarakat dengan rencana pembuatan tanggul penahan gelombang. Alat berat telah didatangkan ke lokasi, namun material yang dibutuhkan untuk pengerjaan masih belum tersedia. Kondisi ini membuat pengerjaan tanggul belum dapat dimulai, meskipun ombak terus menghantam dan mengancam rumah-rumah di pesisir.
Kadek Arini, salah satu warga terdampak, mengungkapkan rasa khawatirnya. Rumahnya yang terletak persis di bibir pantai terancam hancur diterjang ombak. Ia bersama keluarganya kini mengungsi ke tempat kost yang difasilitasi pemerintah.

“Dalam beberapa hari ini, ombak kadang besar, kadang kecil, tapi tetap menghantam rumah kami. Kami sangat berharap pemerintah segera membuat penahan gelombang, setidaknya tanggul sementara dengan geo bag, agar air tidak terus masuk. Kami sudah takut setiap malam karena ombak bisa datang kapan saja,” ujar Kadek dengan nada khawatir.
Meski pemerintah telah memberikan bantuan berupa tempat kos gratis dan sembako melalui Dinas Sosial, warga tetap berharap tindakan nyata dilakukan secepatnya. “Kami sudah diberikan tempat tinggal sementara, tetapi kalau pengerjaan tanggul tidak segera dimulai, bagaimana nasib kami nanti? Tempat kos kami hanya sementara,” kata Kadek.
Kadek juga menegaskan bahwa solusi sementara seperti geo bag harus segera diwujudkan agar abrasi tidak terus menggerus pantai dan rumah warga. “Kami hanya minta agar air tidak terus masuk. Jangan sampai semuanya rusak sebelum ada tindakan,” tambahnya.
Di sisi lain, adanya informasi terkait pembangunan tanggul menghadapi kendala karena adanya keberatan dari salah satu warga yang rumahnya berada di jalur akses alat berat.
Perbekel Desa Kusamba, Nengah Semadi Adnyana, saat dikonfirmasi awak media menjelaskan bahwa warga tersebut khawatir pondasi rumahnya yang labil akan rusak jika dilalui alat berat.

“Warga tidak menolak pembangunan tanggul, tetapi mereka ingin ada kepastian siapa yang bertanggung jawab jika rumah mereka retak atau rusak akibat alat berat,” ujar Nengah Semadi.
Terkait kondisi ini, BWS telah menawarkan dua alternatif solusi, jika akses untuk alat berat diizinkan, maka jembatan penghubung serta batu-batu lepas di sekitar lokasi akan diperbaiki sekaligus. Namun, jika akses tidak diberikan, penanganan sementara hanya akan dilakukan dengan geo bag, yang dinilai cukup untuk menahan gelombang dalam jangka pendek.
“Dari mediasi kemarin, sudah diputuskan pihak BWS akan menanggulangi kondisi kebencanaan ini dengan menggunakan Geo Bag,” jelas Nengah Semadi.

Abrasi Pantai Kusamba bukan hanya bencana lingkungan, tetapi ancaman serius bagi kehidupan masyarakat pesisir. Penanganan sementara dengan geo bag menjadi harapan warga untuk mengurangi dampak kerusakan, sebelum solusi permanen seperti tanggul penahan gelombang dapat dibangun.
Tindakan cepat dan tanggap dari pemerintah serta sinergi dengan masyarakat sangat diperlukan untuk mengatasi situasi ini. Jika dibiarkan berlarut-larut, abrasi akan membawa kerusakan lebih besar, tidak hanya pada rumah, tetapi juga pada kehidupan masyarakat di sepanjang pesisir Pantai Kusamba. (E’Brv)