Oleh : Mariza
Setiap langkah hidup memiliki makna, terlebih bagi mereka yang memilih jalur pengabdian kepada negara. Begitu pula dengan kisah perjalanan De Gadjah, sosok yang kuat dan tegar, dengan jiwa yang selalu terpanggil untuk mengabdi kepada Tanah Air. Keputusannya untuk mendedikasikan hidup bagi Merah Putih tidak lahir begitu saja. Ada satu kekuatan besar yang menjadi landasan dan pendorong dalam setiap langkahnya: doa restu sang ibu.
Sejak kecil, De Gadjah sudah menunjukkan minat yang besar terhadap nilai-nilai patriotisme dan kebangsaan. Ayahnya, seorang pejuang, menjadi teladan yang menanamkan rasa cinta tanah air dalam setiap kata dan tindakan. Namun, dalam sosok ibunya, De Gadjah menemukan kekuatan sejati. Sang ibu, dengan kelembutan dan doa-doa panjang dalam keheningan malam, menjadi sandaran jiwa bagi De Gadjah untuk berjalan di jalan penuh tantangan ini.
Keputusan untuk mengabdi dan melayani negara bukanlah perkara mudah. Banyak yang harus dikorbankan, mulai dari waktu bersama keluarga hingga keselamatan diri sendiri. Namun, De Gadjah selalu percaya, di balik setiap langkahnya, ada doa tulus seorang ibu yang senantiasa menyertainya. Doa itu bagaikan pelindung yang melindungi setiap jengkal perjalanan, menjaga dan membimbing agar ia selalu berada di jalan yang benar.
Ketika pertama kali De Gadjah mengutarakan niatnya untuk mengabdi kepada negara, sang ibu hanya tersenyum lembut. Ada gurat-gurat kekhawatiran, namun juga keikhlasan yang begitu dalam. Sang ibu tahu, pilihannya untuk merelakan anaknya demi Merah Putih bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan keyakinan bahwa anaknya akan membawa kebaikan bagi nusa dan bangsa, ia dengan tulus memberikan restunya.
“Pergilah, Nak. Ibu selalu mendoakanmu. Jangan pernah ragu untuk mengabdi kepada tanah airmu, karena di situ ada kebanggaan yang tak ternilai,” kata sang ibu sembari menggenggam tangan De Gadjah.
Dalam setiap penugasannya, baik dalam situasi penuh bahaya maupun dalam tugas sehari-hari, De Gadjah selalu mengingat kata-kata ibunya. Kata-kata itu menjadi bekal yang membakar semangatnya untuk tetap teguh dalam mengemban tugas. Saat tubuhnya lelah dan pikirannya mulai goyah, doa sang ibu seolah menjadi angin yang menguatkan, memberinya keberanian untuk terus maju dan berbakti.
Pengabdian De Gadjah kepada negara tak hanya tercermin dalam tugas-tugasnya, tetapi juga dalam semangatnya untuk selalu hadir bagi mereka yang membutuhkan. Baginya, melayani Merah Putih berarti melayani setiap warga negara dengan hati yang ikhlas dan tulus. Ia tidak hanya menjalankan tugas sebagai bentuk kewajiban, melainkan sebagai sebuah panggilan suci untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
Dalam perjalanan hidupnya, De Gadjah memahami bahwa kekuatan doa dan restu seorang ibu tak pernah bisa diukur. Doa itu mengalir bagaikan sungai yang menyejukkan, menghapuskan segala keraguan dan ketakutan. Di dalam hatinya, De Gadjah menyimpan sebuah janji suci kepada ibunya dan kepada Merah Putih, bahwa ia akan selalu siap mengabdi, tanpa pamrih dan penuh dedikasi.
Kini, De Gadjah berdiri tegak sebagai pelindung bangsa, melayani Merah Putih dengan sepenuh jiwa. Dan di balik kekuatannya, di balik keberaniannya, ada doa seorang ibu yang selalu menyertai. Doa yang menjelma menjadi pelita dalam gelap, menjadi sandaran dalam keterpurukan, dan menjadi bukti cinta tanpa syarat dari seorang ibu untuk anaknya yang mengabdi pada negeri.
“Ibu, doamu adalah kekuatan terbesarku. Dalam setiap langkahku, aku akan selalu membawa Merah Putih dalam jiwaku, dan aku akan mengabdi untuk tanah air dengan penuh cinta, sebagaimana cinta yang kau berikan padaku.”
Penulis Adalah : Wartawan dan Pemerhati Lingkungan.