Oleh : Cok Istri Sri Ramaswati.SH. MM
DENPASAR – Kini cahaya layar sering kali lebih terang daripada cahaya mentari bagi anak-anak kita. Dunia digital telah menjadi ruang belajar, tempat bermain, bahkan cermin diri. Namun, dalam pantulan itu, kita perlu bertanya: generasi seperti apakah yang sedang kita bentuk generasi yang mencipta makna, atau hanya terhanyut oleh gerak tanpa arah?
Teknologi adalah karunia Ilahi wujud dari kecerdasan dan kreativitas manusia. Namun setiap karunia datang bersama ujian. Setiap klik, setiap unggahan, setiap komentar memantulkan siapa kita sebenarnya. Dalam hening di antara notifikasi, jiwa bertanya: Apakah cahaya ini menuntunku, atau justru membutakanku?
Generasi yang benar-benar maju bukan diukur dari kecepatan koneksi, melainkan dari keteguhan keyakinan. Penguasaan gawai tak berarti apa-apa tanpa penguasaan diri. Anak-anak kita tak hanya memerlukan keterampilan, tetapi juga kompas moral dan spiritual penunjuk arah di tengah lautan data yang tak bertepi.
Iman dan cinta tanah air tak boleh redup di bawah sorot cahaya digital. Menjadi patriot hari ini berarti menjaga kebenaran dari kebohongan, melindungi empati dari ketidakpedulian, dan menjadikan ruang digital sebagai tempat bermartabat. Beriman berarti melihat setiap bit informasi sebagai peluang untuk berbuat, membangun, dan mencintai.
Sebuah bangsa tak akan bangkit karena mesinnya, tetapi karena kekuatan moral manusia yang menggerakkannya. Biarlah itu menjadi warisan zaman ini: generasi digital yang terhubung bukan hanya dengan dunia, tetapi juga dengan Tuhan dan dengan jiwa Indonesia yang abadi.
Penulis Adalah : Ketua Yayasan Saraswati.
