Close Menu
    What's Hot

    Ibu Asuh Hutan

    16 December 2025

    Penglipuran Mantapkan Langkah Menuju Pariwisata Regeneratif di Bali

    14 December 2025

    Pansus TRAP DPRD Bali Raih Jagran Achiever Award 2025, Kiprah Jaga Alam Diakui Internasional

    14 December 2025

    Darmawan Prasodjo Mengabdi Dengan Hati.

    13 December 2025
    Facebook Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    cakranews8.com
    • Beranda
    • Berita
    • Artikel
    • Politik
    • Ekonomi
    • Nasional
    • Pariwisata
    cakranews8.com
    Home»Hotels»Kunci Bisnis Abadi: Dari Meja Kopi Hingga Kamar Hotel, Sebuah Filosofi yang Memanusiakan
    Hotels

    Kunci Bisnis Abadi: Dari Meja Kopi Hingga Kamar Hotel, Sebuah Filosofi yang Memanusiakan

    By ebravenanda22 November 2025Updated:22 November 20253 Mins Read
    Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link
    Share
    Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link

    BADUNG – cakranews8.com, Di balik perusahaan yang berdiri kokoh dan mampu bertahan lama, selalu ada fondasi yang kuat. Bagi I Gusti Ngurah Paramarta, Chief Operating Officer Natya Hospitality, fondasi itu bukan hanya batu bata dan semen, melainkan tiga pilar hidup yang saling terhubung: pemilik, karyawan, dan pelanggan.

    Dalam sebuah pembicaraan yang hangat, Paramarta membagikan filosofi membangun bisnis yang berkelanjutan. Menurutnya, setiap perusahaan melewati sebuah siklus yang manusiawi.

    “Semua berawal dari mimpi dan dukungan pemilik atau investor. Mereka adalah aset utama pertama, tanpa mereka, perusahaan tidak akan lahir,” ujarnya menegaskan peran vital sang inisiator.

    Setelah perusahaan lahir, kata Paramarta, datanglah pilar kedua yang tak kalah penting: para karyawan. “Mustahil pemilik sendiri yang menyajikan kopi, membersihkan setiap sudut, atau menyambut tamu dengan senyuman. Karyawanlah nyawa operasional sehari-hari,” tambahnya, menyiratkan betapa keberadaan mereka adalah denyut nadi perusahaan.

    Namun, bisnis tidak akan bergerak tanpa aliran kehidupan. Di sinilah pilar ketiga muncul, yang lama-kelamaan justru menjadi yang pertama: para pelanggan.

    “Tanpa pelanggan, bisnis macet. Merekalah yang memberikan ‘napas’ bagi perusahaan,” jelas Paramarta. “Oleh karena itu, fokus kita harus beralih: bagaimana melayani mereka dengan hati?”

    Strateginya, yang ia sebut sebagai ‘Pemasaran Internal’, sederhana namun mendalam. Pertama, berikan produk terbaik, apakah itu kamar hotel atau hidangan di restoran. Kedua, layani dengan kebaikan dan ketulusan.

    “Jika kedua hal ini kita lakukan dengan benar, rasa puas pelanggan akan berbicara sendiri. Ulasan positif adalah promosi alami yang tidak bisa dibeli,” ucapnya. Ia menekankan, jika ada keluhan, intropeksi diri adalah langkah pertama. “Mustahil mengharapkan ulasan bagus jika pelayanan dan produk kita biasa saja.”

    Artikel lain  Melawan Arus: Kisah Spektakuler Natya yang Justru Melahirkan Bisnis Baru di Puncak Pandemi

    Seiring waktu, urutan ketiga aset ini pun mengalami pergeseran yang indah untuk menciptakan siklus keberlanjutan. Pelanggan, yang merasa dihargai, menjadi aset utama pertama. Mereka menciptakan bisnis yang berkelanjutan.

    Untuk menjaga kualitas pelayanan kepada pelanggan, perusahaan harus memastikan pilar kedua, yaitu karyawan, juga diperlakukan dengan baik.

    “Bagaimana kita mengharapkan senyuman tulus untuk pelanggan, jika hak-hak karyawan terabaikan?” tanya Paramarta retoris. Ia menekankan pentingnya memenuhi hak karyawan, bersikap adil, dan tidak mengingkari komitmen. “Karyawan yang merasa dihargai akan memiliki loyalitas alami. Kebahagiaan mereka akan terpancar dalam setiap interaksi dengan pelanggan,” ungkapnya.

    Lalu, di mana posisi pemilik? Paramarta dengan bijak menempatkan pemilik sebagai penerima manfaat akhir. “Ketika pelanggan puas dan karyawan bahagia, bisnis akan berjalan dengan lancar. Profitabilitas yang baik untuk perusahaan pada akhirnya akan kembali menghidupi sang pemilik,” paparnya.

    Kesimpulannya, kunci bisnis yang abadi terletak pada keseimbangan yang manusiawi. Hak dan kewajiban setiap pihak; pemilik, karyawan, dan pelanggan harus berjalan seiringan.

    “Ketika pemilik memahami nilainya terpenuhi, karyawan mendapatkan haknya dan menjalankan kewajibannya dengan baik, dan pelanggan dilayani dengan produk serta layanan terbaik, maka terciptalah sebuah harmoni,” tambah Paramarta.

    “Di situlah bisnis tidak hanya sekadar mencari untung, tetapi benar-benar hidup dan berkelanjutan,” pungkasnya. (Tim-08)

    Share. Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link

    Related Posts

    Melawan Arus: Kisah Spektakuler Natya yang Justru Melahirkan Bisnis Baru di Puncak Pandemi

    Rayakan HUT RI ke-80, Mercure Kuta Bali Salurkan Bantuan ke Panti Asuhan dan Anak Yatim

    Mercure Kuta Bali Gelar Bazaar UMKM Khusus Ramadhan & Kegiatan Berbagi Santunan Anak Yatim Piatu

    Ziarah Nasional Kodam Udayana ke TMP Pancaka Tirta

    Don't Miss
    Artikel

    Ibu Asuh Hutan

    By cakranews816 December 2025

    Oleh : Ngurah Sigit DENPASAR – Negeri ini sesungguhnya tidak kekurangan ibu. Kita hanya…

    Penglipuran Mantapkan Langkah Menuju Pariwisata Regeneratif di Bali

    14 December 2025

    Pansus TRAP DPRD Bali Raih Jagran Achiever Award 2025, Kiprah Jaga Alam Diakui Internasional

    14 December 2025
    Our Picks
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Beranda
    • Artikel
    © 2025 Cakranews8. Powered by Iwana.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.