Oleh: Ngurah Sigit.
JAKARTA – Dalam sejarah panjang Nusantara, nama Prabu Airlangga bukan hanya tercatat sebagai raja besar, tetapi sebagai pemimpin visioner yang memahami arti sejati dari kedaulatan air. Di abad ke-11, ketika sungai meluap dan musim tak menentu mengancam rakyat, ia tidak memilih jalan kekuasaan yang kejam, melainkan memimpin langsung pembangunan saluran irigasi dan pengendalian air.
Infrastruktur pengairan yang ia bangun di antaranya sistem irigasi di sepanjang Sungai Brantas bukan hanya solusi teknis, tetapi simbol keberpihakan penguasa pada rakyat dan alam. Ia memandang air sebagai anugerah yang harus dijaga dan diatur, bukan dieksploitasi.
Di tengah krisis iklim dan energi hari ini, nilai-nilai itu menjadi sangat relevan. Ketika kita berbicara tentang transisi energi, mari kita ingat bahwa Indonesia memiliki warisan pemikiran ekologis yang luhur. Airlangga adalah bukti bahwa kedaulatan energi dapat tumbuh dari kearifan lokal, dari pemahaman bahwa air bukan hanya sumber energi, tetapi sumber peradaban.
Kini, saat dunia berlomba membangun PLTA dan energi hijau, kita tidak sedang mengadopsi hal baru kita sedang kembali ke akar kita sendiri.
Maka sudah saatnya kita meneladani Prabu Airlangga. Bukan sekadar dengan membangun infrastruktur, tetapi dengan membangun kesadaran kolektif: bahwa menjaga air, menghormati alam, dan membela rakyat kecil adalah inti dari patriotisme sejati.
Penulis Adalah : Sosilog, Budayawan dan Pemerhati Media.