Close Menu
    What's Hot

    Ibu Asuh Hutan

    16 December 2025

    Penglipuran Mantapkan Langkah Menuju Pariwisata Regeneratif di Bali

    14 December 2025

    Pansus TRAP DPRD Bali Raih Jagran Achiever Award 2025, Kiprah Jaga Alam Diakui Internasional

    14 December 2025

    Darmawan Prasodjo Mengabdi Dengan Hati.

    13 December 2025
    Facebook Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    cakranews8.com
    • Beranda
    • Berita
    • Artikel
    • Politik
    • Ekonomi
    • Nasional
    • Pariwisata
    cakranews8.com
    Home»Artikel»R.M. Oemargatab dan Etika Keheningan dalam Pengabdian
    Artikel

    R.M. Oemargatab dan Etika Keheningan dalam Pengabdian

    By cakranews812 November 2025Updated:12 November 20253 Mins Read
    Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link
    Share
    Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link

    Oleh: Prof.Dr. Sukawati Lanang Perbawa.SH.M.Hum

     

    DENPASAR – Di tengah dunia yang semakin bising oleh ambisi dan citra, sulit mencari figur yang bekerja dalam diam, mengabdi tanpa pamrih, dan menolak sorotan. Dalam sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia, ada satu nama yang pantas disebut dengan hormat: Raden Mas Oemargatab perwira yang menanamkan dasar kerja intelijen kepolisian dan memaknai pengabdian sebagai laku spiritual bagi bangsa.

    Patriotisme yang Tidak Bersuara

    Zaman kita hari ini terlalu mudah menilai keberhasilan dari popularitas. Namun Oemargatab hidup dalam falsafah yang berbeda. Ia percaya bahwa tugas menjaga negara tidak menuntut pengakuan.

    Baginya, intelijen adalah seni menjaga rahasia dengan kejujuran, bukan alat untuk menaklukkan.

    Pada masa republik masih muda dan rapuh, Oemargatab memperkenalkan cara pandang baru: keamanan tidak hanya dijaga dengan kekuatan, tetapi dengan kecerdasan membaca tanda. Ia membangun sistem kerja yang rapi, disiplin, dan berbasis moral pondasi yang kemudian menjadi DNA bagi intelijen kepolisian Indonesia.

    Senyap yang Menjaga Negeri

    Oemargatab dikenal sebagai sosok tenang, berwibawa, dan berintuis tajam. Rekan sezamannya menyebut ia seolah memiliki “indra keenam” dalam memprediksi situasi. Namun ia sendiri menolak mitos itu.

    ” Kewaspadaan lahir dari hati yang bersih,” tulisnya dalam catatan pribadi tahun 1952.

    Dalam pandangannya, kerja intelijen adalah jalan sunyi: memahami lawan, menjaga kawan, dan melindungi rakyat tanpa harus tampil di depan.

    Ia mempraktikkan etika keheningan sikap yang menolak riuh, tetapi penuh makna. Bagi Oemargatab, diam bukan berarti lemah. Diam adalah bentuk tertinggi dari kendali diri.

    Pelajaran bagi Era Digital

    Kini, intelijen menghadapi dunia baru: ruang maya, disinformasi, dan ancaman siber. Teknologi menggoda setiap lembaga keamanan untuk bertindak cepat, bahkan tergesa-gesa.

    Artikel lain  Ketua Umum PPWI Serukan Pentingnya Memaafkan: "Mengajak Penjahat ke Surga Lebih Bermakna"

    Namun justru di tengah derasnya arus data, nilai-nilai Oemargatab terasa semakin penting: kecermatan, kesabaran, dan kejernihan batin.

    Ia mengingatkan kita bahwa intelijen tanpa moral adalah bahaya, dan kecepatan tanpa kebijaksanaan hanya menghasilkan kebisingan.

    Kekuatan sejati, sebagaimana ia ajarkan, bukan pada kemampuan memata-matai, melainkan pada kesetiaan menjaga arah bangsa.

    Menjaga Moral Profesi

    Lebih dari sekadar perintis sistem, Oemargatab adalah penjaga moral profesi kepolisian. Ia menegaskan bahwa intelijen harus berpihak kepada negara, bukan individu; kepada kebenaran, bukan kepentingan.

    Dalam konteks kekinian, ajarannya bisa dibaca sebagai pesan etik bagi setiap petugas: bahwa kekuasaan tanpa integritas hanyalah ilusi, dan kecerdasan tanpa hati nurani akan kehilangan makna.

    Di saat dunia menuntut transparansi, nilai keheningan Oemargatab justru mengingatkan: tidak semua hal boleh diumbar. Ada rahasia yang harus dijaga, bukan untuk menutupi, tetapi untuk melindungi yang lebih besar kedaulatan bangsa.

    Penutup: Kesetiaan dalam Senyap

    R.M. Oemargatab mungkin tidak dikenal luas, tetapi dalam tubuh Polri dan sejarah republik, namanya bergetar pelan seperti nadi bangsa yang tetap berdetak.

    Ia mengajarkan bahwa pengabdian sejati tidak membutuhkan panggung. Ia mengajarkan bahwa kekuatan paling luhur lahir dari ketenangan.

    Dan ia mewariskan pelajaran sederhana namun abadi: bahwa negeri ini dijaga, bukan oleh suara keras, melainkan oleh kesetiaan yang sunyi.

    Penulis Adalah : Dekan Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati.

    Era Digital Lanang Prabawa Oemargatab
    Share. Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link

    Related Posts

    Ibu Asuh Hutan

    Darmawan Prasodjo Mengabdi Dengan Hati.

    Pengabdian Tanpa Akhir Komjen Pol ( P ). Putu Jayan Danu Putra

    Sebuah Pesan dari Gubernur Koster di Manis Kuningan

    Don't Miss
    Artikel

    Ibu Asuh Hutan

    By cakranews816 December 2025

    Oleh : Ngurah Sigit DENPASAR – Negeri ini sesungguhnya tidak kekurangan ibu. Kita hanya…

    Penglipuran Mantapkan Langkah Menuju Pariwisata Regeneratif di Bali

    14 December 2025

    Pansus TRAP DPRD Bali Raih Jagran Achiever Award 2025, Kiprah Jaga Alam Diakui Internasional

    14 December 2025
    Our Picks
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Beranda
    • Artikel
    © 2025 Cakranews8. Powered by Iwana.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.