Close Menu
    What's Hot

    Ibu Asuh Hutan

    16 December 2025

    Penglipuran Mantapkan Langkah Menuju Pariwisata Regeneratif di Bali

    14 December 2025

    Pansus TRAP DPRD Bali Raih Jagran Achiever Award 2025, Kiprah Jaga Alam Diakui Internasional

    14 December 2025

    Darmawan Prasodjo Mengabdi Dengan Hati.

    13 December 2025
    Facebook Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    cakranews8.com
    • Beranda
    • Berita
    • Artikel
    • Politik
    • Ekonomi
    • Nasional
    • Pariwisata
    cakranews8.com
    Home»Artikel»Sebuah Pesan dari Gubernur Koster di Manis Kuningan
    Artikel

    Sebuah Pesan dari Gubernur Koster di Manis Kuningan

    By cakranews830 November 2025Updated:30 November 20253 Mins Read
    Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link
    Share
    Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link

    DENPASAR – Sebuah pesan WhatsApp masuk, singkat tetapi penuh ketenangan, pada hari Manis Kuningan, Minggu 30 November 2025.

    “Menolong tanpa syarat, menerima tanpa melupakan, dan memberi tanpa mengingat.” tulis Gubernur Bali Wayan Koster.

    Kata-kata itu muncul seperti tetesan cahaya di tengah suasana pagi yang sunyi. Di luar sana, Bali sedang berada pada hari terakhir rangkaian Galungan–Kuningan hari yang selalu membawa warna lembut, seolah seluruh pulau sedang menutup lembaran spiritualnya dengan napas panjang.

    Tak lama kemudian, pesan kedua menyusul. “Proses menuju penyatuan jiwa dan raga dengan alam semesta, syarat mutlak mampu menghilangkan egoisme dan berbagai keterikatan,” tulisnya lagi.

    Dengan dua pesan itu, Gubetnur Koster seakan mengirimkan epilog dari sebuah rangkaian suci yang baru saja dilalui seluruh umat Hindu Bali.

    Sejak Galungan, Bali bergerak dalam irama yang lebih sakral. Rumah-rumah dibersihkan, banten disusun, dupa menyala setiap pagi dan sore. Tetapi Manis Kuningan adalah hari ketika semua itu mereda, ketika umat lebih memilih duduk tenang, menata hati, dan merasakan kembali makna perjalanan spiritual yang baru mereka lewati.

    Di saat itulah pesan Koster terasa menyatu dengan suasana. Ada keselarasan antara apa yang tertulis dan apa yang tengah terjadi di luar jendela.

    Pesan pertama Koster tentang menolong, menerima, dan memberi tanpa beban mengingatkan bahwa spiritualitas sesungguhnya tidak berhenti pada altar, tetapi justru dimulai ketika upacara selesai. Ini adalah nilai yang sering luput di tengah kesibukan manusia modern, keikhlasan yang tidak bersyarat, kebijaksanaan untuk menerima luka tanpa dendam, dan kemurahan hati tanpa pamrih.

    Sedangkan pesan keduanya, tentang penyatuan jiwa dan raga dengan alam semesta mengantar penulis pada renungan yang lebih dalam. Bahwa inti dari Galungan–Kuningan pada akhirnya selalu mengarah pada hal yang sama yaitu keseimbangan. Sebuah perjalanan untuk meredam ego, membuka ruang untuk ketenangan, dan merawat hubungan suci antara manusia, alam, dan Tuhan.

    Artikel lain  Pengurus Pusat FPTI Rocky Gerung Temui Gubernur Bali, Bahas Sinergi Pengembangan Olahraga Panjat Tebing

    Ketika dupa terakhir dibiarkan padam di banyak rumah, pesan Koster itu tidak ikut padam. Ia justru mengendap di ruang pemikiran, mengingatkan bahwa setelah ritual berhenti, kehidupan yang sebenarnya dimulai lagi.

    Penulis melihat kembali halaman rumah, melihat penjor yang sedikit condong, melihat sinar pagi jatuh miring ke lantai batu. Semua tampak seperti sedang memberi tahu hal yang sama, bahwa penyucian tidak hanya terjadi lewat upacara, tetapi lewat cara manusia menjalani hari-harinya.

    Rangkaian Galungan–Kuningan tahun ini pun ditutup bukan sekadar dengan persembahyangan terakhir, tetapi dengan dua kalimat reflektif seorang gubernur yang memilih berbicara tentang nilai, bukan tentang jabatan.

    Pesan itu kini menggantung seperti aroma dupa yang tersisa, lembut, halus, tetapi mengajak merenung.

    Bahwa keikhlasan dan pengendalian diri adalah ibadah yang tidak pernah selesai.

    Dan pada Manis Kuningan ini, Bali menutup rangkaian sucinya dengan doa, keheningan, dan kata-kata yang mengingatkan kita untuk tetap jernih memandang hidup. (tim13)

    Manis Galungan Sebuah Pesan Tulisan Wayan Koater Wayan Koster
    Share. Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link

    Related Posts

    Ibu Asuh Hutan

    Darmawan Prasodjo Mengabdi Dengan Hati.

    Pengabdian Tanpa Akhir Komjen Pol ( P ). Putu Jayan Danu Putra

    Samudra Kahuripan

    Don't Miss
    Artikel

    Ibu Asuh Hutan

    By cakranews816 December 2025

    Oleh : Ngurah Sigit DENPASAR – Negeri ini sesungguhnya tidak kekurangan ibu. Kita hanya…

    Penglipuran Mantapkan Langkah Menuju Pariwisata Regeneratif di Bali

    14 December 2025

    Pansus TRAP DPRD Bali Raih Jagran Achiever Award 2025, Kiprah Jaga Alam Diakui Internasional

    14 December 2025
    Our Picks
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Beranda
    • Artikel
    © 2025 Cakranews8. Powered by Iwana.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.