BADUNG – Desa Sulangai, Kecamatan Petang, Badung Utara, dikenal sebagai kawasan yang kaya akan tradisi dan potensi agraris. Salah satu yang menjadi perhatian adalah Subak Yeh Batu Lantang, yang memainkan peran penting dalam mendukung ketahanan pangan sekaligus memperkuat daya tarik pariwisata di desa ini.
Subak Yeh Batu Lantang, salah satu dari tiga subak yeh di Desa Sulangai, memiliki hubungan erat dengan Pura Kancing Gumi, pusat spiritual yang menjadi ikon desa. Menurut I Made Pariyasa, keberadaan pura ini memberikan nilai sakral yang melengkapi harmoni antara alam dan manusia.

Dalam pernyataan yang disampaikan oleh I Made Pariyasa, Pekaseh Subak Yeh Batu Lantang, hubungan erat antara subak, pertanian, dan pariwisata menjadi kunci keberhasilan pembangunan di desa tersebut.
“Selain lahan pertanian kami yang subur dan sistem irigasi terasering yang indah, kami sering memohon perlindungan kepada beliau di Pura Kancing Gumi, terutama dalam pengendalian hama secara niskala melalui penangluk merana,” ujar Made Pariyasa, Sabtu (28/12/2024).
Dukungan spiritual ini dilengkapi dengan upaya sekala, yakni penerapan teknologi modern melalui Sekolah Lanjutan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), yang membantu petani menjaga kualitas hasil tani mereka.

Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas Subak Yeh Batu Lantang. Selain memproduksi padi sehat yang dikelola secara semi-organik, subak ini juga mengelola ketahanan pangan hewani melalui budidaya ikan. Kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan Pemerintah Desa Sulangai (PMD).
“Kami menebar benih ikan secara bersama-sama dengan krama subak dan PMD Sulangai. Hasil panennya kami prioritaskan untuk masyarakat kurang mampu, seperti kaum disabilitas, ibu hamil, lansia, dan masyarakat miskin,” jelas Made Pariyasa.

Program ini tidak hanya membantu meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial di desa.
Subak Yeh Batu Lantang juga berperan dalam mendukung pariwisata berbasis alam dan budaya di Desa Sulangai. Lanskap terasering yang asri menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Selain itu, konsep pertanian organik yang diusung oleh subak ini memberikan nilai tambah dalam menciptakan pengalaman wisata edukatif.
“Walaupun kami belum memiliki sertifikasi organik, padi yang kami hasilkan adalah beras sehat yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan yang mencari produk ramah lingkungan,” tambahnya.

Made Pariyasa juga memberikan apresiasi kepada Perbekel Desa Sulangai, I Made Sarpa, yang selama ini berperan aktif dalam mendukung pertanian dan pariwisata. “Beliau sangat getol mendorong kami untuk mengembangkan pertanian organik dan mendukung program-program yang bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.
Dengan sinergi antara subak, pemerintah desa, dan pariwisata, Desa Sulangai semakin menunjukkan potensi besar dalam menjadi pusat agraris sekaligus destinasi wisata. Subak Yeh Batu Lantang menjadi contoh nyata bagaimana tradisi agraris Bali dapat beradaptasi dengan kebutuhan modern tanpa kehilangan nilai-nilai budayanya.
“Pariwisata dan pertanian harus berjalan berdampingan. Kami di Subak Yeh Batu Lantang berkomitmen untuk terus mendukung program ketahanan pangan dan pariwisata demi kesejahteraan masyarakat,” tutup Made Pariyasa. (Tim-08)