BANGLI – Touring sepeda motor menjadi ciri khas Tim Yayasan Kaori Welas Asih (YKWA) yang dipimpin oleh Ni Kadek Winie Kaori Intan Mahkota. Pada Jumat, 25 Oktober 2024, tim ini mengunjungi Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, disambut hangat oleh Kelian Desa Adat Penglipuran, I Wayan Budiarta.
Desa Wisata Penglipuran terkenal dengan arsitektur tradisionalnya yang masih terpelihara dengan baik, menjadikannya salah satu desa terbersih di dunia. Desa ini telah menjadi primadona pariwisata Bali, menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara.
Kehadiran Tim YKWA bertepatan dengan dilaksanakannya Upacara Ngusaba Nangkan, yang kembali digelar setelah 30 tahun. Terakhir kali upacara ini dilaksanakan pada tahun 1993. Puncak upacara tersebut bertepatan dengan Purnamaning Kapat di Pura Penataran Desa Adat Penglipuran.
Kelian Desa Adat Penglipuran, Wayan Budiarta, menjelaskan bahwa Ngusaba Nangkan merupakan bentuk puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkah yang melimpah kepada masyarakat setempat.
“Pada intinya, upacara Ngusaba Nangkan sebagai ucapan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berstana di wewidangan Desa Adat Penglipuran atas berkah berlimpah kepada masyarakat setempat,” kata Wayan Budiarta.
Kegiatan ritual upacara sakral ini dipimpin oleh Jro Kubayan, sesuai dengan struktur adat yang berlaku di Desa Penglipuran.
“Itu paling tertinggi adalah Jro Kubayan dan Beliau yang kemudian memimpin upacara adat ini sesuai dengan Sima Dresta yang ada disini,” papar Kelian Adat.
Persiapan upakara menggunakan bahan-bahan tradisional, seperti potongan babi yang disusun kembali dan dangsil, yang menjadi bagian dari rangkaian persembahan. Upacara ini diselenggarakan dengan tata cara adat yang ketat, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan budaya desa.
“Upakara disana memakai bayuhan berasal dari potongan babi yang dicari isi dalamnya dan dirangkai kembali untuk menjadi suatu rangkaian yang utuh, sesuai dengan adat kami,” tambahnya.
Tak hanya itu, juga dipersembahkan sarana dangsil, penek dan perlengkapan lainnya, seperti tegen-tegenan yang digantung pada bangunan-bangunan di pura, untuk menambah variasi dan keragaman dalam sarana upakara tersebut.
“Hal itu juga dilengkapi dengan bakti-bakti yang memang jangkep atau lengkap. Biasanya upacara dibawahnya tingkat madya itu biasanya tidak terlalu lengkap, tetapi sekarang ini harus lengkap,” pungkasnya
Winie Kaori dan timnya menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan Upacara Ngusaba Nangkan, yang menunjukkan keunikan adat dan kekayaan budaya Bali. Tim YKWA turut serta dalam perayaan ini, menguatkan tali persaudaraan dengan masyarakat setempat. (E’Brv)