Close Menu
    What's Hot

    BNN, Kemendesa PDT, dan Polri Bersinergi Wujudkan Desa Bersinar di Banten

    7 August 2025

    Sinergi TNI & Media Mitra: Nobar Film ‘Believe’ di Park 23 Kuta

    6 August 2025

    Dukung Ekosistem Sungai, Festival ‘I Love My River’ Jadi Ajang Peduli Lingkungan dan Wisata Budaya

    6 August 2025

    Tim Penyidik Kejaksaan Agung Sita 5 Mobil Mewah Terkait Dugaan Korupsi Minyak Mentah PT Pertamina

    5 August 2025
    Facebook Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    cakranews8.com
    • Beranda
    • Berita
    • Artikel
    • Politik
    • Ekonomi
    • Nasional
    • Pariwisata
    cakranews8.com
    Home»Berita»Waktra Serenade 2025: Panggung Musik Inklusi di Mana Setiap Anak Bersinar dengan Bangga
    Berita

    Waktra Serenade 2025: Panggung Musik Inklusi di Mana Setiap Anak Bersinar dengan Bangga

    By ebravenanda3 May 2025Updated:3 May 20254 Mins Read
    Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link
    Share
    Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link

    DENPASAR – Tepuk tangan gemuruh memenuhi panggung Sri Wedari roof garden, Living World Mall, Denpasar, menyambut penampilan istimewa para murid Sanggar Musik Waktra dalam konser Waktra Serenade, Kamis (01/05/2025)

    Di atas panggung, puluhan anak kolaborasi dari sanggar musik inklusi Waktra, Bali Choir dan SLBN3 Denpasar, dengan beragam latar belakang, termasuk disabilitas dan berkebutuhan khusus bersatu dalam satu misi: membuktikan bahwa musik adalah bahasa universal yang melampaui batas.

    Konser musik Waktra Serenade di Living World Mall Denpasar

    “Di sini, tidak ada istilah ‘disabilitas’ atau ‘inklusi’. Yang ada hanya seni dan kebahagiaan bermusik,” ujar Ibu R. Wahyu Panca Wati, founder Waktra, dengan mata berbinar. Konser ini adalah bukti nyata dari filosofinya: panggung musik harus seperti taman bermain, tempat anak-anak belajar berani, fokus, dan merasakan kegembiraan tampil tanpa beban.

    Setiap penampilan malam itu adalah cerita perjuangan. Anak-anak Down Syndrome yang kini mampu menyanyi dengan artikulasi jelas, anak Autis yang mulai berinteraksi lewat lagu, atau peserta non-disabilitas yang belajar empati—semua bersatu dalam harmoni.

    “Target kami sederhana, agar mereka justru merindukan panggung, bukan takut,” tambah Wahyu.
    Hasilnya? Sorot mata penasaran dan tanya “Kapan bisa naik panggung lagi?” dari para murid menjadi jawaban paling mengharukan, ungkap Wahyu.

    Founder sanggar musik inklusi Waktra, R Wahyu Panca Wati (kiri) saat memandu acara konser

    “Inilah musik: mengubah ‘tidak bisa’ menjadi ‘lihat, aku bisa’!,” ucap Wahyu, tersenyum puas. Acara yang digagasnya bukan sekadar pertunjukan, tapi gerakan mengingatkan dunia bahwa setiap anak layak berdiri di bawah sorot lampu, dengan kepala tegak dan hati berbunga-bunga.

    Kolaborasi yang apik antara sanggar musik Inklusi Waktra, SLBN 3 Denpasar, dan Bali Choir ini tidak hanya menghasilkan pertunjukan yang memukau, tetapi juga membuktikan kekuatan seni dalam menciptakan ruang inklusi.

    Wakil Kepala SLBN 3 Denpasar, Ni Ketut Adi Parwati, menyebutkan bahwa latihan vokal tidak hanya melatih teknik bernyanyi, tetapi juga membantu anak-anak dengan gangguan bicara untuk lebih percaya diri dalam berkomunikasi.

    Artikel lain  Pangdam Zamroni Pimpin Sertijab Pejabat Kodam IX/UDY
    Ocha saat menampilkan kemampuan menyanyi diatas panggung

    “Anak-anak kami belajar artikulasi, pelafalan, dan cara mengekspresikan emosi melalui lagu. Mereka yang awalnya malu-malu, kini berani tampil di depan umum,” ujarnya. Bahkan pada malam itu, putrinya, Ocha, juga ikut tampil bersemangat dan percaya diri setelah mendalami vokal atas bimbingan ibu Wahyu, dimana sebelumnya hanya menyanyi secara informal.

    Sementara itu Bali Choir, komunitas yang terdiri dari anak-anak dengan autisme, down syndrome, cerebral palsy, dan kebutuhan khusus lainnya telah menunjukkan perkembangan luar biasa sejak didirikan pada Juli 2023.

    Lanang (kedua dari kanan) saat tampil diatas panggung konser Waktra Serenade

    Ketua Pengurus Bali Choir, Evi Risni Herdiyani, bercerita bagaimana musik mengubah hidup anggotanya, “Anak saya, Lanang, dulu kesulitan berbicara dengan jelas dan kurang percaya diri. Sekarang, ia tidak hanya bisa menyanyi dengan nada yang tepat, tetapi juga berani mengikuti lomba dan memainkan alat musik seperti triangle,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

    Bukan hanya anak-anak yang tumbuh, para orang tua pun juga menemukan ruang dukungan. “Di sini, kami saling menguatkan, berbagi cerita, dan melihat anak-anak kami dihargai bukan karena keterbatasan, tapi karena karya mereka,” ujar Mega ibunda dari Deyu, salah satu peserta yang berkebutuhan khusus.

    “Pertama kali tahu Deyu dinyatakan Down Syndrome, saya shock. Saat googling, malah stres karena informasi yang menakutkan,” kenang Mega. Namun, hasil skrining medis menunjukkan Deyu tak memiliki penyakit bawaan berat selain hipotiroid yang berhasil dikontrol hingga usia 9,5 tahun.

    Kunci utama yang Mega pegang adalah membangun mental dan konsistensi terapi sejak Deyu berusia 3 bulan.

    “Tapi lihat sekarang anak saya bisa nyanyi dan baca puisi di depan ratusan orang!”, ujarnya bangga.

    Deyu saat didampingi Wahyu Panca Wati diatas panggung

    Putrinya, Deyu telah bergabung dengan Waktra semenjak 4 bulan lalu. Saat itu Wahyu, yang selektif dalam menerima murid, melihat potensi luar biasa dalam diri Deyu.

    Artikel lain  Pj. Gubernur Bali S.M. Mahendra Jaya Berpamitan ke Puri Kauhan Ubud

    “Mereka menyimpan memori lebih dari yang kita kira. Kuncinya adalah stimulasi tanpa henti,” tambah Mega, yang sejak dulu aktif mengajak Deyu berkomunikasi meski ia belum bisa bicara. Kesabaran itu terbayar saat Deyu akhirnya bisa berbicara lancar dan mengekspresikan emosi melalui seni.

    “Saat bu Wahyu bilang: ‘Deyu punya bakat’. Saya nangis. Itu pertama kali ada yang bilang anak saya bisa,” ujar Mega.

    Mega bersama putri tercintanya, Deyu

    Kepada para orang tua lain yang memiliki anak berkebutuhan khusus, Mega berpesan:
    “Jangan gampang percaya stereotip negatif, karena sebenarnya anak Down Syndrome itu punya memori kuat, hanya mereka butuh cara berbeda,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

    “Tetap lakukan terapi secara konsisten, kami 11 tahun tidak menyerah dan cari komunitas seperti Waktra, disini kami seperti menemukan keluarga kedua,” tambahnya dengan rasa syukur.

    Usai konser, para orang tua berpelukan, murid-murid foto bersama dengan kebanggaan, dan tim Waktra bersyukur: malam ini, mereka tidak hanya menampilkan seni, tapi juga menebar harapan.

    Musik tidak memandang keterbatasan. Ia hanya mengenal satu bahasa: cinta yang tulus dan Waktra Serenade 2025 telah membuktikannya. (Tim-08)

    Share. Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link

    Related Posts

    Sinergi TNI & Media Mitra: Nobar Film ‘Believe’ di Park 23 Kuta

    Dukung Ekosistem Sungai, Festival ‘I Love My River’ Jadi Ajang Peduli Lingkungan dan Wisata Budaya

    Semarak Tukad Festival ‘I Love The River’ Akan Dimeriahkan Bupati Badung

    Sinergi Dua Pulau, Bali dan Maluku Utara Sepakat Perkuat Kerja Sama Pembangunan

    Don't Miss
    Hukum

    BNN, Kemendesa PDT, dan Polri Bersinergi Wujudkan Desa Bersinar di Banten

    By cakranews87 August 2025

    Lebak, Banten — Sinergi lintas lembaga dalam memperkuat desa sebagai garda terdepan Pencegahan dan Pemberantasan…

    Sinergi TNI & Media Mitra: Nobar Film ‘Believe’ di Park 23 Kuta

    6 August 2025

    Dukung Ekosistem Sungai, Festival ‘I Love My River’ Jadi Ajang Peduli Lingkungan dan Wisata Budaya

    6 August 2025
    Our Picks
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Beranda
    • Artikel
    © 2025 Cakranews8. Powered by Iwana.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.