DENPASAR – Masyarakat Denpasar menyatakan penolakan terhadap wacana penghentian operasional Trans Metro Dewata (TMD) tahun depan. Penolakan ini disuarakan melalui petisi yang diajukan oleh penumpang setia TMD, yang menganggap layanan bus ini sangat membantu mobilitas mereka, terutama untuk perjalanan jarak jauh dengan biaya yang terjangkau.
Selama ini, TMD yang mulai beroperasi sejak 2020 telah menjadi salah satu pilihan transportasi utama bagi warga. Meski menghadapi tantangan, seperti rendahnya tingkat keterisian penumpang (hanya 39,87% pada 2023), layanan ini dianggap penting untuk mendukung transportasi publik di Bali. Banyak warga berharap pemerintah tidak hanya mempertahankan layanan ini, tetapi juga meningkatkan kualitas dan memperpanjang jam operasional bus.
“Bus ini sangat membantu saya yang bekerja jauh dari tempat tinggal. Jika dihentikan, kami tidak tahu alternatif apa yang tersedia,” ujar Diah, salah satu penumpang yang mendukung petisi tersebut, Senin (30/12/2024)
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali, IGW Samsi Gunarta, mengungkapkan bahwa operasional TMD saat ini disubsidi oleh Kementerian Perhubungan, namun masa depan layanan ini terancam jika subsidi tersebut dialihkan ke daerah lain. Sebagai alternatif, Pemprov Bali tengah mempertimbangkan untuk mengambil alih pengelolaan satu trayek, khususnya rute Terminal Ubung menuju Bandara Ngurah Rai, sembari mengembangkan angkutan berbasis listrik (e-BRT) untuk wilayah Sarbagita.
Warga berharap pemerintah mendengarkan aspirasi mereka dan mencari solusi agar transportasi umum tetap berjalan. Petisi ini menjadi bukti bahwa transportasi publik seperti TMD masih sangat dibutuhkan di Bali, tidak hanya untuk kenyamanan tetapi juga untuk mengurangi kemacetan dan dampak lingkungan dari kendaraan pribadi. (Tim-08)